Selain Siangnya yang Pendek Cuma 6 Jam, Padukuhan Wotawati di Gunungkidul Jogja Ternyata Punya Tradisi Unik: Apa Itu?

Sabtu, 30 Maret 2024 | 08:49:06 WIB
Selain Siangnya yang Pendek Cuma 6 Jam, Padukuhan Wotawati di Gunungkidul Jogja Ternyata Punya Tradisi Unik Rasulan. (Tangkapan Layar)

RUANGBOGOR -- Padukuhan Wotawati yang terletak di lembah Bengawan Solo Purba, memiliki keunikan dan potensi yang langka. Selain matahari yang terbit lambat di sini, beragam sumber daya alam, seni, budaya dan tradisi, perlu segera diolah dengan benar agar menjadi sumber penghidupan warga.

Apalagi kawasan Bengawan Solo Purba merupakan warisan pusaka dunia yang bisa menjadi sumber penelitian geologi, arkeologi, ekologi dari berbagai negara.

Dilansir dari gunungkidulkab.go.id pada Sabtu, 30 Maret 2024, Padukuhan Wotawati merupakan sebuah perkampungan yang terletak di lembah Bengawan Solo Purba, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Wilayah ini menjadi sorotan dengan keunikan dan potensi yang lengkap.

Wilayah ini memiliki beragam sumber daya alam, seni budaya, dan tradisi, padukuhan ini menjadi pusat perhatian untuk pengembangan lebih lanjut guna memberikan manfaat bagi warga setempat.

Menurut Raden Mas Kukuh, atau akrab disapa Gus di anjing, kepala padukuhan, Kawasan Bengawan Solo purba bukan hanya sekadar tempat tinggal, namun juga merupakan warisan pusaka dunia yang memiliki nilai penting bagi penelitian geologi, arkeologi, dan ekologi dari berbagai negara.

Salah satu tradisi yang menonjol di padukuhan ini adalah prosesi Tradisi Rasulan yang diadakan secara berkala. Prosesi dimulai dari rumah kepala padukuhan dengan mengarak sesaji menuju Telaga Wotawati, yang berjarak sekitar 900 meter.

Upacara dipimpin oleh bakunci, diikuti dengan doa oleh Mbah Kaum dan Gembul Bujana di area Roshan, tempat yang dianggap sakral. Setelah itu, dilanjutkan dengan makan bersama di tepi Telaga sambil menikmati pentas tradisi-tradisi.

Keunikan dari prosesi rasulan Wotawati adalah penyajian berbagai sajian tradisional, termasuk teknik ayam kampung yang dimasak oleh para laki-laki secara khusus. Sajian ini disajikan dalam bentuk Engkong dan ayam bakar, dilengkapi dengan sayur kelor tumpeng dan jangan girls, yang merupakan sayur lombok dan tempe khas kota wanita.

Setelah prosesi tradisi rasulan, kegiatan dilanjutkan dengan meninjau Roshan, tempat sakral yang terletak di tengah lembah Bengawan Solo purba. Tempat ini terdiri dari batuan purba raksasa yang dikelilingi oleh vegetasi langka dan dijaga secara turun-temurun oleh warga setempat.

Dengan potensi yang dimiliki, padukuhan Wotawati diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan bagi warga setempat serta menjadi destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Tags

Terkini