RUANGBOGOR -- Kabupaten Subang ternyata memiliki potensi wisata sejarah yang sangat besar. Bagaimana tidak, wilayah ini ternyata sempat jadi medan perang di saat-saat Perang Dunia 2 bergejolak.
Maka itu tak heran, banyak peninggalan Perang Dunia yang masih bisa kita lihat hingga sekarang di Kalijati, Kabupaten Subang Jawa Barat. Salah satu spot yang terkenal dalah Lapangan Udara atau Lanud Suryadarma Kalijati.
Namun selain lapangan udara milik TNI AU tersebut, ada kisah luar biasa yang bisa kita ketahui dari pertempuran Kalijati pada abad 18. Hal inilah yang membuat Kalijati sangat relevan untuk dijadikan sebagai destinasi wisata internasional di Jabar. Jika Anda penasaran tentang kisah apa yang terjadi di Kalijati, berikut informasinya:
Pada masa perang dunia kedua, Kalijati, sebuah kecamatan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, menjadi saksi bisu dari derasnya pertempuran antara kekuatan Belanda dan Jepang. Dikenal sebagai salah satu titik krusial dalam sejarah, Kalijati menjadi panggung bagi berbagai intrik strategis dan ketegangan militer yang mempengaruhi arah perang di wilayah Hindia Belanda.
Sejarah kuno Kalijati mempertemukan dua kekuatan besar, Belanda yang telah lama berkuasa di Hindia Belanda dan Jepang yang merencanakan ekspansi mereka. Bangunan yang sekarang dikenal sebagai Rumah Kalijati menjadi saksi bisu menyerahnya Belanda kepada Jepang pada tahun 1942. Perjanjian Kalijati 1942, sebuah kesepakatan yang dijalin di rumah tersebut, menandai awal dari pertempuran sengit yang tak terlupakan.
Pertempuran dimulai ketika pasukan Jepang mendarat di pantai Kalijati pada 1 Maret 1942. Meskipun Belanda dan Inggris mencoba mempertahankan lapangan udara Kalijati, namun dengan kekurangan personel dan serangan mendadak Jepang, pasukan Sekutu terpaksa mundur. Serangan udara Jepang yang efektif dan buruknya cuaca menyulitkan pasukan Sekutu untuk mengkoordinasikan pertahanan mereka.
Pertempuran berkepanjangan di udara dan darat menyebabkan korban jiwa dari kedua belah pihak. Pasukan Belanda dan Inggris berusaha keras untuk merebut kembali kendali atas lapangan udara, namun serangan udara Jepang yang terus-menerus membuat mereka terdesak.
Pada 2 Maret, pasukan Belanda berusaha melancarkan serangan balik, tetapi terhalang oleh serangan udara Jepang yang hebat. Pasukan Belanda terpaksa menarik diri dengan kerugian besar, dan moral tempur mereka merosot.
Akhirnya, pada 3 Maret, pasukan Jepang berhasil menguasai lapangan udara Kalijati. Pertempuran yang sengit dan berdarah ini meninggalkan luka yang mendalam bagi kedua belah pihak. Meskipun jumlah pasti korban tidak diketahui, namun pertempuran ini mengubah arah perang di wilayah tersebut.
Setelah mengamankan lapangan udara, pasukan Jepang melanjutkan serangannya ke pusat militer Belanda di Bandung. Pertempuran berikutnya di Ciater dan pertemuan petinggi militer Belanda dan Jepang kembali di Kalijati menandai akhir dari supremasi Belanda di Hindia Belanda.
Pertempuran Kalijati tidak hanya menjadi catatan bersejarah, tetapi juga menjadi simbol perlawanan dan ketahanan dalam menghadapi invasi Jepang di Asia Tenggara. Dengan peristiwa ini, Kalijati tetap menjadi salah satu titik penting dalam memahami kompleksitas dan kebrutalan perang dunia kedua di wilayah Hindia Belanda.