RUANGBOGOR - Kawasan pinggir Kali Gajahwong di Kampung Balirejo, Muja Muju, Yogyakarta, ramai oleh warna-warni acara Festival Larung Kali Gajahwong ke-4, pada Minggu, 27 Oktober 2024. Sebuah festival yang diprakarsai oleh warga setempat sebagai bentuk rasa syukur, solidaritas, dan komitmen untuk menjaga alam, khususnya Kali Gajahwong, yang menjadi salah satu urat nadi kehidupan mereka.
Pagi hari ini, suasana di tepi sungai berbeda dari biasanya. Ratusan warga akan bergabung dalam kegiatan kerja bakti membersihkan Kali Gajahwong, bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan nyaman. Usai kegiatan kerja bakti, rangkaian acara “Merti Kali” akan dimulai, di mana warga mengarak hasil bumi, membawa doa dan harapan untuk keselamatan lingkungan mereka, serta memohon perlindungan dari segala bencana yang mungkin mengancam.
Selain membersihkan lingkungan, merti kali ini juga menyuguhkan pagelaran kesenian tradisional Jathilan, dimainkan oleh kelompok Turonggo Mudho Sekar Rinonce dari Balirejo. Para penonton disuguhi aksi memukau yang penuh energi dan mengandung makna filosofis tentang hubungan manusia dengan alam.
Di festival kali ini, peserta mengenakan kebaya dan surjan, pakaian tradisional yang melambangkan keterikatan mereka dengan adat dan budaya Jawa. Peserta berarak dari Pendopo Kampung Balirejo, menelusuri rute sepanjang Jl. Balirejo hingga ke Jembatan Bonbin dan berakhir di pinggir Kali Gajahwong. Arak-arakan ini bukan sekadar ritual, melainkan juga simbol kuat akan kebersamaan dan solidaritas yang terus dipelihara di tengah perubahan zaman.
Tiga buah tumpeng yang menjulang tinggi akan diarak bersama, menyimbolkan doa yang dipanjatkan untuk keberkahan, keselamatan, dan kelestarian alam. Setelah diarak, tumpeng-tumpeng ini akan disantap bersama, menjadi sajian penuh makna yang mengingatkan bahwa hasil bumi merupakan anugerah yang perlu dijaga dan dirawat.
Kali Gajahwong sendiri memegang peran penting bagi warga sekitar. Tidak hanya menjadi sumber ikan, udang, dan belut yang bisa dikonsumsi, sungai ini juga menyuplai pasir dan batu, yang menjadi sumber pendapatan bagi beberapa warga. Di sekitar aliran sungai, sebagian warga memanfaatkan tanah subur untuk bertani. Kini, warga bahkan berupaya menyulap bantaran kali yang dulu dianggap kotor dan wingit, menjadi ruang publik yang bersih, aman, dan nyaman untuk dikunjungi.
Festival Larung Kali Gajahwong ini lahir dari semangat warga untuk mempertahankan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Ritual ini sekaligus menjadi sarana bagi warga sekitar sungai untuk tetap saling mendukung dan memperkuat kerukunan di tengah gempuran perubahan sosial. Terlebih lagi, di tengah situasi saat ini di mana masalah sosial dan lingkungan tampak semakin kompleks, Festival Larung Kali diharapkan menjadi pengingat bahwa perubahan positif dapat dimulai dari gerakan kecil yang dilakukan bersama-sama.
Selain itu, festival ini diharapkan mampu mengundang perhatian masyarakat luas, tak hanya di Yogyakarta tetapi juga di luar kota, untuk turut berpartisipasi menjaga kelestarian lingkungan. Warga berharap, aliran Kali Gajahwong akan tetap lestari dari hulu ke hilir, tidak tercemar limbah, dan menjadi sumber kehidupan yang terus mengalir bagi warga Balirejo dan sekitarnya.
Festival kali ini hadir di tengah situasi penuh tantangan, di mana janji-janji pengurangan kemiskinan, peningkatan kualitas lingkungan hidup, dan pemerintahan yang baik masih menjadi topik yang diperdebatkan. Kegiatan ini menjadi cara bagi warga untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga lingkungannya, meski perubahan besar masih menunggu bukti dari pemerintahan setempat.
Festival Larung Kali Gajahwong adalah bukti bahwa masyarakat Yogyakarta, khususnya warga Kampung Balirejo, masih memegang teguh nilai-nilai solidaritas dan komitmen terhadap lingkungan mereka. Dengan semangat dan doa lintas agama yang dipanjatkan di tepi Kali Gajahwong, warga berharap sungai ini terus menjadi sumber kehidupan, membawa harmoni bagi semua yang tinggal di sekitarnya, dan menjadi warisan alam yang tetap lestari bagi generasi mendatang.