RUANGBOGOR -- Hutan Leuweung Sancang, yang terletak di ujung Kabupaten Garut, telah menjadi buah bibir dan lokasi penuh misteri di Indonesia. Terkenal dengan keangkerannya, hutan ini juga merupakan tempat legendaris yang diyakini menjadi tempat menghilangnya Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Sunda, bersama pasukan harimaunya. Meskipun dihiasi dengan kisah mistis, Leuweung Sancang juga menyimpan keindahan alam yang luar biasa serta menjadi rumah bagi flora dan fauna langka.
Dilansir dari Channel Youtube Adrasa ID pada Sabtu, 27 April 2024, Hutan Leuweung Sancang, dikenal sebagai cagar alam sejak tahun 1959, mencakup wilayah sekitar 2.157 hektar, dan kemudian diperluas menjadi 2.313 hektar pada tahun 2014. Kawasan ini meliputi hutan dataran rendah, hutan mangrove, serta hutan pantai, dengan sungai yang masih alami dan pantai yang indah.
Dari segi administratif, hutan ini terletak di desa Sancang, Kecamatan Cibalong, berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan Kabupaten Tasikmalaya. Di dalamnya terdapat flora dan fauna langka yang terancam punah, seperti pohon kapua yang hanya hidup di hutan, serta satwa endemik seperti Owa Jawa dan Macan Tutul Jawa.
Leuweung Sancang memiliki ciri khasnya sendiri, termasuk sungai yang masih alami dan pantai-pantai yang indah. Hutan ini juga merupakan rumah bagi berbagai jenis flora, termasuk pohon raksasa, batu-batu besar, dan tebing-tebing curam yang memperkaya lanskapnya. Keberadaan hutan ini memberikan habitat yang vital bagi flora dan fauna yang hanya bisa ditemui di sini.
Wisata Religi
Tidak hanya tempat legendaris, Leuweung Sancang juga menjadi tujuan wisata religi. Banyak tempat di hutan ini dijadikan destinasi untuk berziarah dan berwisata spiritual, seperti Goa Sancang dan hutan Rancakalong. Tempat-tempat ini menjadi pusat perhatian bagi wisatawan dan penganut kepercayaan tertentu.
Salah satu daya tarik utama hutan ini adalah keberagaman alaminya. Di dalam kawasan Leuweung Sancang terdapat flora langka seperti pahalar dan warajit, serta fauna seperti Rusa dan Merak. Bahkan, pohon kapua yang hidup di hutan ini hanya bisa ditemui di sini.
Mitos dan cerita mistis yang melingkupi Leuweung Sancang menambah kekayaan budaya hutan ini. Kisah tentang Prabu Siliwangi dan transformasinya menjadi Maung Bodas menjadi bagian dari narasi lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tradisi lokal seperti Syukuran Laut juga menggambarkan hubungan erat masyarakat dengan alam di sekitarnya. Pesta rakyat ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan melalui melimpahnya hasil laut.
Meskipun diliputi oleh cerita angker dan mitos, Leuweung Sancang menghadapi ancaman nyata dari aktivitas manusia, terutama perburuan liar. Populasi flora dan fauna langka terus mengalami penurunan akibat kegiatan manusia yang merusak habitat mereka.
Upaya Pelestarian
Pengelolaan hutan Leuweung Sancang menjadi fokus penting bagi pelestari alam dan pemerintah setempat. Upaya untuk menjaga kelestariannya melibatkan penegakan hukum terhadap pemburu liar serta pendidikan kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya melestarikan alam.
Sebagai cagar alam, Leuweung Sancang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati di Indonesia. Usaha pelestarian hutan ini tidak hanya melibatkan pemerintah dan lembaga terkait, tetapi juga masyarakat setempat dan pihak-pihak lain yang peduli terhadap lingkungan.
Kehadiran Leuweung Sancang dalam kesadaran masyarakat menjadi semakin penting di tengah perubahan lingkungan global. Upaya pelestarian hutan ini menjadi bagian dari upaya global untuk melindungi alam dan menjaga warisan budaya yang kaya di Indonesia.
Dengan segala keunikan dan keangkerannya, Leuweung Sancang tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Hutan ini bukan hanya hutan biasa, tetapi juga cermin dari keberagaman alam dan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dihargai.
