Jakarta Biennale 2024, Perayaan 50 Tahun Seni dan Solidaritas Tanpa Batas

Jakarta Biennale 2024, Perayaan 50 Tahun Seni dan Solidaritas Tanpa Batas

RUANGBOGOR - Jakarta Biennale 2024 telah resmi dibuka pada 1 Oktober 2024 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Dalam atmosfer yang penuh semangat dan antusiasme, perhelatan seni rupa yang telah berusia setengah abad ini kembali memukau publik, baik para seniman maupun pencinta seni. Uniknya, kali ini Jakarta Biennale hadir dengan format yang berbeda dari biasanya. Tidak ada tema khusus, tidak ada seleksi ketat, dan yang paling menonjol adalah penggunaan metode "Lumbung," yang menjadi fondasi dalam proses kurasi karya seni.

Sebagai salah satu acara seni rupa paling penting di Indonesia, Jakarta Biennale memiliki sejarah panjang sejak pertama kali digagas oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dengan nama Pameran Besar Seni Lukis Indonesia. Seiring berjalannya waktu, acara ini berkembang menjadi lebih inklusif dan kaya akan partisipasi dari berbagai kolektif seni, baik dari dalam maupun luar negeri. Menurut Bambang Prihadi, Ketua Harian DKJ, konsep Lumbung yang diadopsi dalam Jakarta Biennale 2024 bukan sekadar tema, melainkan sebuah metode bekerja. "Lumbung bukanlah tema, tapi metode bekerja. Sejauh yang dipahami, lumbung itu memiliki nilai-nilai lumbung berdasarkan kerja tertentu atau kolektif tertentu," ujar Bambang saat pembukaan acara.

Dalam tradisi Indonesia, Lumbung adalah tempat menyimpan padi yang menjadi simbol kebersamaan dan solidaritas. Hal ini diterjemahkan dalam Jakarta Biennale 2024 sebagai upaya untuk menciptakan ruang yang memungkinkan berbagai kolektif seni bekerja bersama-sama. Dengan semangat ini, karya yang ditampilkan tidak lagi sekadar hasil kurasi dari satu pihak, melainkan kolaborasi kolektif yang dipilih berdasarkan nilai-nilai kepercayaan terhadap masing-masing kelompok. "Karya yang ditampilkan lebih kepada nilai-nilai yang dipercaya kepada anggota kolektif. Kita lihat dengan kolaborator kita dari Taiwan, sama juga dengan kolektif Palestina, soal solidaritas yang ada di sana akan ada dalam bentuk program publik," tambah Bambang.

Perayaan Jakarta Biennale yang ke-50 ini menjadi lebih istimewa dengan kehadiran Majelis Jakarta, sebuah kumpulan kolektif seni yang berkolaborasi untuk menciptakan karya-karya yang beragam. Sebanyak 20 kolektif seni lokal terlibat dalam Majelis Jakarta, termasuk RajutKejut, Setali Indonesia, Cut and Rescue, PannaFoto Institute, Kelas Pagi Indonesia, Komunitas Paseban, dan banyak lainnya. Bersama mereka, Jakarta Biennale juga menggandeng seniman internasional, termasuk kurator dan seniman asal Taiwan, Sandy Hsuchiu Lo, yang memimpin program bertajuk "Topography of Mirror Cities."

Program ini menampilkan karya-karya dari seniman di enam kota Asia Tenggara, yaitu Kuala Lumpur, Taipei, Phnom Penh, Bangkok, Jakarta, dan Dhaka. Karya yang dihasilkan adalah bentuk refleksi atas kota-kota ini, mencerminkan bagaimana lingkungan perkotaan membentuk identitas, kehidupan sosial, dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat urban. "Perayaan 50 tahun ini jadi penting karena yang awalnya hanya lomba. Dalam perjalanannya, acara ini dimiliki oleh masyarakat seni rupa, dan saya kira ini jadi pesan yang kuat dan diinisiasi oleh perupa dan warga," ujar Bambang dengan penuh kebanggaan.

Melalui konsep Lumbung, Jakarta Biennale 2024 juga menekankan pentingnya solidaritas antar-kolektif seni. Kerja sama dengan kolektif seni dari Palestina, misalnya, menyoroti isu-isu sosial dan politik yang dihadapi oleh masyarakat di sana. Solidaritas ini diterjemahkan dalam berbagai program publik yang tidak hanya menampilkan karya seni, tetapi juga diskusi, lokakarya, dan kegiatan interaktif lainnya yang melibatkan masyarakat luas.

Tidak seperti pameran seni pada umumnya yang menitikberatkan pada seleksi karya terbaik, Jakarta Biennale kali ini lebih menekankan pada nilai kerja kolektif dan bagaimana seni bisa menjadi medium untuk menyuarakan kepedulian sosial. Penyelenggara berharap bahwa pengunjung tidak hanya menikmati karya-karya visual yang ditampilkan, tetapi juga merasakan semangat kolaborasi dan solidaritas yang menjadi inti dari acara ini.

Jakarta Biennale 2024 akan berlangsung hingga 15 November 2024 dan digelar di berbagai lokasi di sekitar TIM, seperti Galeri Emiria Soenassa, Galeri Sudjojono, dan Galeri Oesman Effendi. Pengunjung dapat menikmati berbagai instalasi seni, pameran, dan program interaktif yang diadakan selama perhelatan ini. Tak hanya menampilkan karya visual, Jakarta Biennale juga menghadirkan pertunjukan seni performatif yang memperkaya pengalaman pengunjung.

Dalam perayaan setengah abadnya, Jakarta Biennale tidak hanya menjadi ruang apresiasi seni, tetapi juga ruang refleksi tentang peran seni dalam kehidupan sosial. Melalui metode Lumbung, acara ini menampilkan karya-karya yang mencerminkan semangat kebersamaan, solidaritas, dan kerja kolektif yang relevan dengan tantangan zaman sekarang. Bagi para pencinta seni dan pengunjung, inilah saat yang tepat untuk melihat bagaimana seni dapat menjembatani berbagai isu sosial dan budaya, sambil tetap memberikan pengalaman visual yang memukau.
 

#Jakarta Biennale 2024

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index