RUANGBOGOR.COM - Drama Korea Dear Hyeri sedang menjadi sorotan bukan hanya karena akting Shin Hye Sun dan Lee Jin Wook, tapi juga sederet kontroversi yang menyertainya.
Drama ini, yang awalnya diantisipasi sebagai drama healing dengan plot yang mendalam, kini justru menerima banyak kritik karena dua masalah besar yakni skandal masa lalu pemeran utama pria dan penggambaran isu kesehatan mental yang dinilai kurang sensitif.
Dear Hyeri berfokus pada Joo Eun Ho (Shin Hye Sun), seorang penyiar yang mengalami gangguan identitas disosiatif (DID) setelah mengalami trauma kehilangan adiknya.
Sebelum tayang perdana pada 23 September lalu, drama ini sudah memicu pro dan kontra. Masa lalu Lee Jin Wook yang terseret kasus pelecehan seksual pada 2016 kembali diungkit.
Meski kasus tersebut telah berakhir dengan Lee Jin Wook dinyatakan tidak bersalah, isu ini tetap membayangi proyek terbaru ini. Beberapa warganet bahkan menyerukan boikot dan merasa drama ini kurang layak didukung karena kehadiran Lee Jin Wook.
Di sisi lain, Dear Hyeri juga menuai kritikan tajam terkait penggambaran gangguan identitas disosiatif. Drama Korea ini awalnya mendapat pujian berkat penampilan apik Shin Hye Sun, yang mampu membawakan dua karakter dengan kepribadian yang kontras dalam satu tubuh.
Namun, seiring perkembangan cerita, alur drama berubah, dari fokus awal tentang pemahaman kesehatan mental menjadi sekadar romansa segitiga yang dinilai dangkal.
Banyak penonton yang merasa bahwa gangguan mental Eun Ho dijadikan alat untuk memajukan konflik percintaan antar-karakter tanpa perhatian lebih pada dampak psikologisnya.
Netizen mengkritik keras beberapa adegan, terutama saat karakter Hyun Oh (Lee Jin Wook) lebih mementingkan urusan asmaranya ketimbang kesehatan mental Eun Ho. Beberapa penggemar menganggap sikap karakter utama pria ini egois dan kurang sensitif.
Bahkan, saat karakter pendukung pria yang benar-benar peduli menunjukkan keprihatinan tulus terhadap Eun Ho, perhatian drama tetap kembali ke hubungan asmara Hyun Oh dan Eun Ho yang dianggap tak lagi relevan bagi penonton.
Lebih jauh lagi, adegan-adegan komedi yang dimaksudkan untuk menyegarkan suasana justru dianggap tidak pantas dan meremehkan isu sensitif ini. Sebagian penonton merasa adegan-adegan tersebut seperti “menaburkan garam pada luka,” merendahkan karakter pendukung yang sebenarnya menampilkan cinta yang tulus pada Eun Ho.
Secara keseluruhan, Dear Hyeri yang diharapkan menjadi karya mendalam tentang proses penyembuhan, kini justru menyisakan kekecewaan pada penonton yang melihat drama Korea ini gagal memberikan empati yang seharusnya pada isu kesehatan mental. Dengan beragam kontroversi ini, sulit untuk mengatakan apakah Dear Hyeri akan bisa bangkit kembali atau justru semakin kehilangan hati para penggemarnya.***